Jakarta, beritakitanewa.com – PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pengelola jaringan ritel Alfamart dan pemilik Alfamidi, belakangan ini menjadi sorotan publik setelah ada laporan dugaan kasus penipuan yang dituduhkan kepada dua direksi Alfamart. Kasus sudah dilaporkan kepada kepada Polda Metro Jaya pada 9 Juni 2021.
CNBC Indonesia sudah melakukan konfirmasi kembali pada Selasa (3/8 /2021), berkaitan dengan laporan ini, tetapi pihak Alfamart lewat GM Corporate Communication Nur Rachman belum bisa memberikan informasi, selain pernyataan resmi yang tertera di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di pasar modal, di tengah kabar ini, data BEI mencatat saham AMRT ditutup turun 2,81% di Rp 1.385/saham pada penutupan perdagangan sesi II, Selasa kemarin.
Saham PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), anak usahanya dan mengelola gerai Alfamidi, yang awalnya stagnan di. Rp 1.985/saham, ditutup turun 0,25% di Rp 1.980/saham.
Saham AMRT ditransaksikan Rp 43,27 miliar dengan volume perdagangan 31,32 juta saham. Nilai kapitalisasi pasar AMRT mencapai Rp 57,51 triliun, dengan kenaikan saham sepekan 10,36% dan 3 bulan terakhir sahamnya naik 47%. Sejak awal tahun hingga saat ini saham AMRT melejit 73,13%.
Asing keluar dari saham ini di pasar reguler di Selasa kemarin Rp 21 miliar, dan sebulan asing akumulasi net sell Rp 236 miliar di pasar reguler.
Dari sisi laporan keuangan, Alfamart mampu mencetak laba bersih di Maret 2021 sebesar Rp 499,39 miliar, naik 43% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 350,40 miliar.
Meskipun laba bersih tercatat naik, akan tetapi pendapatan bersih perusahaan malah mengalami penurunan tipis 0,5% menjadi Rp 19,24 triliun dari semula sebesar Rp 19,33 triliun.
Berdasarkan jenis persediaan barang, pendapatan ini terbagi menjadi pendapatan makanan sebesar Rp 12,84 triliun, pendapatan bukan makanan Rp 6,39 triliun dan pendapatan jasa Rp 6,12 miliar.
Jika melihat dari laporan keuangan, perusahaan mendapatkan tambahan pendapatan lainnya sebesar Rp 254,90 miliar naik dari sebelumnya 215,48 miliar.
Dari laporan keuangan tercatat, disebutkan ada kontribusi penghasilan fee yang naik menjadi Rp 135,31 miliar dari Rp 128,66 miliar, dan penghasilan sewa tempat dan bangunan, lalu ada juga penjualan aset kendati nilainya turun.
Selain itu, tumbuhnya laba bersih salah satunya juga diakibatkan oleh turunnya biasa keuangan yang semula mencapai Rp 99,75 miliar pada kuartal pertama tahun lalu, kini berkurang nyaris 30% menjadi Rp 70,8 miliar.
Aset perusahaan tercatat naik menjadi Rp 28,93 triliun dari semula di Desember 2020 sebesar Rp 25,97 triliun.
Liabilitas juga mengalami peningkatan menjadi Rp 20,78 triliun dari semula Rp 18,33 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan tercatat tumbuh menjadi Rp 8,14 triliun dari posisi akhir tahun lalu yang berada di angka Rp 7,63 triliun. (*)
More Stories
Hut KPR BTN KE-48, BTN Gelar SOFT Launching Bale
HUT KPR K-48, BTN Tawarkan Bunga 3,48%
Kementerian BUMN Laporkan Pendapatan Negara dari Deviden BUMN Tercapai 100 Persen senilai 85,5 T di tahun 2024 dan akan meningkat ke 90 T di tahun 2025