Forum Masyarakat Bayung Lincir (Formaba) Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) berdialog langsung dengan Calon Bupati MUBA Muhammad Nasir,S.Si mengenai semua permasalahan yang ada di Bumi Serasan Sekate saat ini. Pertemuan tersebut dihadiri langsung oleh ketua Formaba mas Imam didampingi beberapa pengurus Formaba lainnya seperti Santo, Asrinal, Fatur, Taufik, Badru, M. Adnan, Sarkati dan Hendri serta Badruzaman sebagai tuan rumah.
Pada pertemuan di kediaman Badruszaman tersebut, Muhammad Nasir terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menegaskan bahwa dirinya berniat akan maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) MUBA tahun 2024 mendatang. Kemudian Anggota DPRD Banyuasin dari Fraksi Golkar tersebut menjelaskan juga awal mula dirinya berniat untuk menjadi Bupati MUBA periode mendatang.
Diceritakan sarjana Matematika Universitas Sriwijaya tersebut, dirinya bertekad untuk maju berawal dari sebuah pemberitaan disebuah TV Nasional mengenai jalan hancur di daerah Kecamatan Jirak Jaya Kabupaten MUBA. Dari pemberitaan sekitar 6 bulan lalu itulah dirinya penasaran mengenai daerah asal saya yang katanya daerah terkaya di Sumatera Selatan bahkan termasuk salah satu daerah terkaya secara Nasional.
Didalam hati saya bertanya-tanya, pasti ada kesalahan dan apa penyebabnya? untuk memperjelasnya saya berdiskusi dengan kawan-kawan pejabat dan beberapa anggota DPRD MUBA, kemudian saya dapat menyimpulkan apa penyebab semua ini bisa terjadi? salah satu penyebabnya adalah tingginya belanja operasional otomatis rendahnya belanja pembangunan sehingga wajar saja kalau didaerah yang kita cintai ini masih banyak jalan-jalan yang rusak, sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan kurang memadai serta kesejahteraan masyarakatnya sangat kurang, jelas pria yang akrab dipanggil Kak Nasir ini.
Dalam pertemuan yang dilaksanakan Kamis 26 Mei 2022 sekitar pukul 15.00 Wib tersebut, Kak Nasir menjelaskan bahwa APBD MUBA ditahun 2021 lalu sebesar Rp. 4,2 hingga 4,2 Triliun itu sangat pantastis sekali, semestinya kalau dana tersebut dikelola dengan baik maka tidak ada lagi jalan rusak dimana-mana, rumah sekolah masih beratapkan seng, sarana kesehatan yang kurang memadai serta kesejateraan masyarakat juga kurang.
Mungkin ada bapak-bapak dan ibu-ibu disini bahkan masyarakat MUBA mempertanyakan mengapa saya sekarang menjabat sebagai DPRD Banyuasin kok mau mencalonkan Bupati MUBA ? Untuk menjawab semuanya saya ada beberapa alasan yang pertama MUBA adalah dimana daerah saya berasal, isteri saya dari MUBA begitu juga orang tua saya dan masih banyak keluarga saya di MUBA khususnya di Kecamatan Lawang Wetan dan Kecamatan Babat Toman, jelas Kak Nasir.
Jadi saya merasa saya wajib untuk membenahi dan mensejahterakan masyarakat kita orang MUBA dan kedepannya bila saya di Ridhoi oleh Allah SWT dan dipilih oleh masyarakat MUBA untuk menjadi Bupati periode mendatang kita akan bersama-sama membenahi dan merubah menset TATA KELOLA KEUANGAN sesuai ilmu yang saya miliki, sambungnya.
Pada pemerintah sebelumnya saya pelajari ditahun 2021 MUBA itu terlalu tinggi pada belanja operasional ? Belanja operasional inilah yang menyebabkan MUBA itu sangat kecil dianggarkan untuk biaya pembangunan, makanya kedepan kita akan rubah pola kebijakan anggaran yang sebelumnya belanja operasinya sangat tinggi 2,6 Triliun (diluar Dana Desa) dan belanja pembangunan atau belanja modal diangka Rp 700 Miliar, jelas Kak Nasir.
Nah, kedepannya akan kita rubah sebelumnya belanja operasinya akan kita kurangi kita akan pindahkan ke belanja pembangunan sehingga kedepannya belanja pembangunan akan kita alokasikan anggaran 1,8 hingga 2 Triliun dalam satu tahun anggaran. Sekarang bagaimana mengenai anggaran 1,8 hingga 2 Triliun tersebut?
Sekarang jumlah Desa di MUBA ada 227 desa dan 13 kelurahan sehingga total desa dan kelurahan 240. Sekarang kita harus bangun mulai dari desa kita sama ratakan dulu tiap desa, desa ini kita anggarkan dalam tiap tahun sebesar 5 Miliar itu khusus ke semua desa dan kelurahan tanpa pengecualian mau desa besar atau desa kecil kita sama ratakan dulu, tentuaja itu diluar Dana Desa, tegas pria hobi olehraga badminton tersebut.
Sehingga kalau tiap desa dan kelurahan dianggarkan 5 Miliar dikali 240 maka totalnya 1,2 Triliun maka masih ada sisa hingga 800 Miliar, nah sisanya tersebut masih kita gunakan untuk pembangunan segala prioritas. Contohnya begini sambung putra asal Desa Karang Ringin Kecamatan Lawang Wetan itu, jalan poros dari Lalan menuju Sungai Lilin sekitar 60 kilometer, kalau kita mau bangun dengan daya tekan K300 supaya mobil bertonase 15 ton itu bisa lewat dengan lebar 6 meter panjangnya 60 kilometer itu kita harus mengalokasikan paling tidak 200 Miliar.
Dengan anggaran 200 Miliar itu kalau kita alokasikan dalam 2 tahun artinya kita mengangarkan jalan tersebut Rp 100 Miliar pertahunnya. Jadi dalam waktu 2 tahun problem jalan poros dari Kecamatan Lalan ke Kecamatan Sungai Lilin selesai, kemudian jalan dari simpang Kelurahan Mangun Jaya menuju Desa Keban 1, Macang Sakti dan Lubuk Bintialo itu rusak jugo panjangnya sekitar 60 kilometer juga maka kita bangun tahun pertama 100 Miliar dan tahun ke dua Rp 100 Miliar maka dalam dua tahun jalan itu akan mulus, begitu juga dengan daerah-daerah lainnya, sambung sanjana lulusan Fakultas MIPA Jurusan Matematika Universitas Sriwijaya tersebut.
Kemudian ada lagi mengenai Jembatan menuju Desa Rantau Kroya Kecamatan Lais MUBA yang menjadi keluhan warga karena pembangunan jembatan terebut hingga sekarang belum selesai sekarang hanya ada tiang-tiangnya saja. Nantinya kita alokasikan anggaran Rp 100-150 Miliar untuk jembatan tersebut sehingga Kabupaten PALI menuju Kabupaten MUBA itu terbuka tidak terisolasi seperti sekarang ini.
Jika itu nantinya sudah terkoneksi lanjut Politii Partai Golkar terebut, orang dari Kabupaten PALI akan mudah ke Lais kemudian ke Kecamatan Keluang hingga ke Bayung Lincir sehingga arus transportasi akan semakin baik dan roda perekonomian berjalan normal akibatnya masyarakat MUBA lebih sejahtera lagi, harap Kak Nasir.
Dari anggaran Rp 5 Miliar dalam satu tahun itu kegunaannya untuk apa saja ? kalau kita bangun dalam satu desa Rp 500 juta untuk jalan desa dengan daya tekan K225 lebarnya 4 meter dan panjangnya sekitar 500 meter, itu panjangnya 500 meter dengan dana Rp 500 juta bagaimana kalau di bangun dengan anggaran Rp 5 Miliar maka akan terbangun jalan sepanjang 5 kilometer tiap desa, jelas suami Marsiana tersebut.
Kemudian lanjutnya, kita juga akan membenahi sarana pendidikan karena masih ada gedung sekolah beratapkan seng yang bisa membahayakan kesehatan anak-anak kita dan sarana kesehatan yang tidak mempuni maka kedepannya kalau saya dipercaya dan diberikan Amanah oleh masyarakat MUBA maka hal tersebut tidak akan terjadi, tegas mantan Ketua Ikatan Mahasiswa Musi Banyuasin tersebut.
Itu artinya apa yang dimiliki APBD MUBA saat ini untuk pembangunan di setiap desa itu bisa kita lakukan, kenapa tahun-tahun sebelumnya tidak dilakukan itu sebabnya terlalu tinggi belanja operasional, itulah salah satu faktor yang dialami masyarakat kita saat ini, saya kira mulai saat inilah masyarakat MUBA bersatu, kemenangan kita berarti kemenangan seluruh masyarakat MUBA sesungguhnya, tegas pria tiga anak tersebut.
“Insya Allah seandainya pada Pilkada 2024 mendatang bila saya diberikan Amanah oleh sebagian besar masyarakat MUBA itu artinya Masyarakat MUBA telah bersatu dan tentunya kemenangan kita kemenangan masyarakat MUBA sesunggunya, tutup pria kelahiran tahun 1979 tersebut.
Ketika Muhammad Nasir menjelaskan mengenai MUBA sebelumnya, ketua dan anggota Formaba terdiam menyimak sepertinya apa yang dijelaskan itu benar dan masuk akal bahwa selama ini Tata Kelola Keuangan itu bermasalah akibatnya MUBA yang notabene nya daerah kaya tapi masih banyak permasalahan pembangunan yang berdampak kesejahteraan masyarakatnya masih kurang.
Setelah mendengarkan penjelasan selanjutnya, salah satu anggota Formaba mengungkapkan apa problema yang terjadi khususnya di Kecamatan Bayung Lincir ini, menurut dia beberapa permasalahan itu terdiri dari listrik sering mati, jalan banyak yang rusak, fasilas termasuk kantor Samsat pergi dari Kecamatan Bayung Lincir kemudian sangat sulit sekali seandainya ada urusan harus mengurusnya ke kota Sekayu sehingga memakan biaya setidaknya Rp 500 ribu, untuk itu kami warga Bayung Lincir ini meminta pemekaran wilayah, tegasnya.
Sementara itu Ketua Formaba, Imam Chamdani mengatakan apa yang kita rasakan perbedaan-perbedaan antara pemimpin yang dulu dan sekarang ini. Apa yang kita rasakan sekarang ini soyogyanya kami putra daerah Kecamatan Bayung Lincir ini dapat diperkerjakan di perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kecamatan berbatasan dengan Provinsi Jambi tersebut, banyak memperkerjakan orang orang dari luar Kecamatan Bayung Lincir, sehingga masyarakat kami sendiri kesulitan mencari pekerjaan, ucap Imam.
Maka dari itu kami betul betul merindukan kedepannya sosok pemimpin yang betul-betul memperhatikan masyarakatnya, khususnya masyarakat Kecamatan Bayung Lincir ini agar kedepannya merasakan nikmatnya hidup di daerah sendiri,” Jadi saya secara pribadi dan Formaba merasakan bahwa pak Nasir ini merupakan sosok pemimpin yang tepat untuk menjadi Bupati MUBA periode mendatang,” harap Ketua Formaba yang beranggotakan 500 anggota tersebar di tiap desa dalam Kecamatan Bayung Lincir tersebut.
Insya Allah kita seiring sejalan, satu pemikiran untuk itu saya dan teman-teman perlu berkomunikasi harapan kami dan seluruh masyarakat MUBA lainnya membutuhkan pemimpin mempunyai wawasan yang luas, akuntabel serta memahami tata kelola keuangan yang mempuni, “tutupnya.
Laporan : evi farlina
More Stories
Ketua TKD Matahati Muba Yusnin: Tolong Kepada Seluruh Masyarakat Menangkan Pak Mawardi Sebagai Gubernur
Kebocoran Pipa Diduga Unsur Kesengajaan, 3 Diamankan, Lokasi Diwilayah Kerja SKK Migas
Jembatan Runtuh, Kapal Satpolairud Polres Muba Sigap Membantu Seberangkan Warga dan Anak Sekolah